Autonetmagz.com – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, menyatakan bahwa pom bensin yang menjual bahan bakar minyak (bensin) jenis premium akan mulai dikurangi secara perlahan. Langkah ini untuk mengarahkan konsumsi ke bahan bakar yang lebih bersih. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan pengurangan outlet tersebut termasuk dalam peta jalan program “Langit Biru” oleh PT Pertamina (Persero). Lho, bukannya program ini sudah lama berjalan? karena beberapa tahun belakangan ini kita sudah jarang menjumpai pom pensin pertamina yang masih menjajakan premium- terutama di kota besar dan penyangganya seperti Jabodetabek.
Agar Tidak Tertinggal
sebagai informasi, ternyata Indonesia masih menjadi salah satu dari empat negara di dunia yang masih menggunakan BBM jenis premium (oktan 88). Outlet yang premium pun mulai dikurangi perlahan, itulah mengapa kita belakangan ini sudah jarang menjumpai SPBU yang menjual premium – terutama di kota besar. Memanfaatkan “momen” pada saat pandemi di mana harga minyak mentah dunia jatuh, dari situ bisa dilakukan subtitusi dengan jenis Pertalite. “Tujuannya untuk memperbaiki kualitas BBM dan mengurangi emisi gas rumah kaca,” katanya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, beberapa pekan yang lalu, seperti dikutip Bisnis.com.
Indonesia tertinggal dari negara-negara tetangga di Kawasan ASEAN (Asia Tenggara). Sebagai contoh, Indonesia pada saat ini masih menggunakan BBM dengan jenis Standar Emisi Euro 2. Dibanding Vietnam, teknologi BBM Indonesia jauh di bawahnya. Vietnam pada saat ini telah menggunakan BBM dengan jenis Standar Emisi Euro 4, bahkan tengah bersiap untuk masuk ke Euro 5. “Kita masih Euro 2. Namun demikian dalam jangka panjang dengan perhatikan teknologi ini, kita harap ada shifting konsumsi ke pertamax. Kami mohon dukungannya ya untuk repsosn ini dengan baik,” kata Arifin.
Sudah Jauh Berkurang Penggunanya
Berdasarkan data ada Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), pada Juli 2021 realisasi penyaluran jenis BBM khusus penugasan atau premium bersubsidi baru mencapai 2,71 juta kilo liter. Itu 27,18 persen per Juli 2021 dari kuota sepanjang tahun ini 10 juta kilo liter. Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan bahwa rendahnya serapan Premium sepanjang semester pertama 2020 disebabkan oleh meningkatnya kesadaran konsumen untuk menggunakan bahan bakar minyak (BBM) Pertaseries dengan research octane number (RON) yang lebih tinggi sesuai dengan peruntukan kendaraan.
Sayangnya pada berita yang dikutip dari Gaikindo tersebut, tidak dijelaskan apakah penjualan Solar juga akan dikurangi atau tidak. Karena jenis ini juga merupakan jenis bahan bakar diesel yang “terbelakang” dan dibawah requirement mesin diesel modern saat ini. Hal inilah yang membuat para ATPM berpikir ulang memasarkan lini produk diesel mereka untuk segmen passengger car. Tapi, solar masih lebih sering dijumpai di kota besar, tidak seperti premium. Bila tidak ada transisi, dikhawatirkan pada saat Euro 4 atau 5 diterapkan nanti, maka harga bahan pokok akan naik drastis, karena kebanyakan diangkut menggunakan truk – yang pastinya menggunakan bahan bakar diesel dengan kapasitas tangki yang besar. Bagaimana menurut kalian? sampaikan di kolom komentar.
Read Next: Karena COVID, Event Nismo Batal dan Toyota Kurangi Produksi