AutonetMagz.com – Sepertinya masalah mobil hybrid yang mahal tak hanya berlaku di Indonesia. Di India sebuah kabar baru saja muncul yang menunjukkan bahwa Toyota Kirloskar Motor, agen pemegang merek Toyota di India menyatakan bahwa pihaknya telah berhenti memproduksi Toyota Camry Hybrid untuk pasar India. Keputusan ini sendiri ditengarai merupakan buntut dari perkara pajak yang mahal dan penurunan penjualan di sana.
Toyota Kirloskar menyatakan bahwa pabrik perakitan mereka di Bangalore telah memberhentikan jalur produksi mereka untuk Toyota Camry Hybrid. Hal ini menjadi efek dari GST alias Goods and Service Tax yang merupakan ketetapan baru masalah Pajak Barang dan Jasa di India yang baru berlaku tahun ini. Harga Toyota Camry Hybrid disana pasca GST menjadi melambung tinggi dan membuat konsumen yang mau membeli unit mobil sedan ramah lingkungan ini menjadi berpikir ulang.
Seberapa tinggi? Toyota Camry Hybrid dikenakan pajak dari GTS sebesar 25% dan masih dikenakan lagi pajak barang mewah sebesar 15%. Tentunya angka tersebut hampir separuh dari harga mobil yang membuat harga mobil ini menjadi agak tak relevan. Perkara harga tinggi untuk mobil hybrid juga terjadi kan di Negara kita, dimana Toyota Camry Hybrid CBU Jepang dihargai di angka 779 jutaan Rupiah OTR Jakarta. Padahal, Toyota India sudah menginvestasikan dana yang tak sedikit untuk pengembangan produksi Toyota Camry Hybrid di India. Mereka menggelontorkan dana 15 Crore alias 31,2 Miliar rupiah untuk Toyota Camry Hybrid. Dana itu diluar dana pelatihan, kampanye, dan layanan yang mencapai 24 Crore alias mencapai 49,9 Miliar Rupiah.
Sebenarnya rencana penghentian produksi dari Toyota Camry Hybrid sendiri sudah ditahan sejak beberapa waktu yang lalu, karena ada persediaan bahan produksi yang belum sempat masuk ke jalur produksi. Dan setelah bahan produksi untuk Toyota Camry Hybrid habis, barulah pihak Pabrikan menghentikan produksinya. Penjualan Toyota Camry Hybrid sendiri terjun dengan drastis di kuartal ketiga tahun ini, dimana secara angka, ada penurunan penjualan sebanyak 73% dibandingkan penjualan di periode yang sama pada tahun 2016. Dan masih perkara GST, pihak Toyota India sendiri akhirnya menunda pengenalan produk hybrid lainnya di negara Bollywood tersebut.
Sebenarnya hal ini seperti kontradiksi yang terjadi di dunia otomotif saat bersinggungan dengan regulasi. Di satu sisi, pihak India sendiri mencanangkan bahwa pada 2030 mobil – mobil berbahan bakar fosil sudah dilarang digunakan, namun saat ini mobil hybrid justru dikenakan pajak yang tak murah. Ya, sekali lagi itu negara orang, kita fokus dengan negara kita sendiri dimana regulasi LCEV tengah digodok dan semoga menjadi lembaran baru yang lebih baik untuk pasar otomotif Indonesia. Bagaimana menurut kalian? Yuk sampaikan pendapat kalian kawan.
Read Next: Proyek Ditunda, Tamo Racemo Justru Dapat Penghargaan