AutonetMagz.com – Kita sama – sama tahu bahwa Industri otomotif di China berkembang dengan sangat pesat dalam 1 dekade terakhir ini. Dan perkembangan tersebut ditunjang dengan banyaknya pabrikan lokal China yang berani memproduksi mobil lokal dengan sokongan dari Pemerintah China. Bahkan, sokongan dari Pemerintah China membuat beberapa pabrikan lokal bisa dengan luwes meniru produk asing tanpa perlu kuatir untuk dituntut terkait hak ciptanya. Lantas, bagaimana dengan kondisi saat ini.
Ternyata saat ini beberapa pabrikan lokal China harus berjuang dengan cukup keras untuk bisa terus mempertahankan ataupun meningkatkan marketshare mereka. Mengutip dari AutoNews, beberapa brand lokal China, seperti Geely, terus kehilangan marketshare mereka di Negeri mereka sendiri. Pada bulan Juli 2019 saja, penjualan di China turun sebanyak 20%. Salah satu penyebabnya adalah penurunan pertumbuhan ekonomi di China pada kuartal kedua tahun 2019 ini. Pada kuartal kedua tahun ini, pertumbuhan Ekonomi di China hanya ada di angka 6,2%, bandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 6,6%.
Nah, masalahnya, kebanyakan pabrikan otomotif asli China menjual mobil – mobil kompak dan sedan serta crossover yang segmen pasarnya merupakan kalangan menengah ke bawah di China. Dan dengan kondisi ekonomi tersebut, kebanyakan masyarakat China di segmen ini memilih untuk mengurangi pengeluaran yang berjumlah besar, yang mana salah satunya adalah membeli mobil baru. Berkaca pada kasus Geely, pabrikan yang juga induk dari Volvo ini sebenarnya telah melakukan langkah yang besar di tahun 2019 ini. Pertama, mereka memperkenalkan MPV pertama mereka yaitu Geely Jiaji.
Kedua, mereka juga memperkenalkan Geely Bin Yue yang dibangun dengan basis yang mirip dengan Volvo XC40. Ketiga, Geely juga membentuk sebuah sub-brand baru yang mengurusi segmen mobil listrik dengan nama Geometry. Namun langkah besar dari Geely tersebut tetap tidak bisa menyelamatkan pabrikan ini dari penurunan penjualan sebanyak 24% di bulan Juli kemarin. Selain Geely, JAC Motors juga mengalami penurunan penjualan yang cukup mencengangkan. Kendaraan listrik lansiran JAC terjun bebas sebanyak 66% bulan Juli silam. Penurunan yang signifikan dalam tahun ini juga memaksa Pemerintah China memotong subsidi untuk mobil listrik, dan PHEV.
Subsidi untuk mobil listrik dan PHEV dipangkas hingga 50% karena penjualannya yang kecil. Jadi, kita tunggu saja bagaimana perkembangan otomotif di Negeri Tirai Bambu ini kedepannya. Yang jelas, beberapa negara dengan industri otomotif yang besar seperti China dan India sedang berada di dalam kondisi yang tidak baik tahun ini. Bagaimana menurut kalian?
Read Next: Ford Everest Dapat Mesin Bi-Turbo 213 PS di Filipina!