AutonetMagz.com – Mendung nampaknya masih merundung pihak Nissan Motor Indonesia (NMI) selaku Agen Pemegang Merk Nissan di Indonesia. Pasca Merk Premium Infiniti menghilang, ternyata kondisi yang kurang baik belum selesai merundung pihak NMI. Salah satunya terlihat pada penjualan wholesales mereka, dan masih ditambah dengan isu akan berubahnya pola bisnis pihak NMI dari APM menjadi Importir Otomotif.
Yap, Sejatinya jika kita lihat lini produk dari Nissan, model yang secara bentuk terlihat cukup muda hanyalah Nissan Xtrail dan Nissan Navara NP300 saja. Nissan Serena pun masih terhitung lumayan, walaupun versi terbaru sudah muncul di Jepang dan sudah mulai merambah beberapa pasar ASEAN seperti Malaysia. Kita kesampingkan Nissan Teana dan Nissan Elgrand, karena memang ceruk pasar kedua mobil tersebut tidaklah besar. Sisanya? Ada Nissan Grand Livina, Nissan March dan Nissan Juke. Ketiganya seharusnya menjadi tulang punggung dari Nissan di Indonesia, namun sayang sekali, kenyataannya ketiganya sudah berusia lanjut, dan sudah sangat perlu mendapatkan generasi terbaru disaat para rivalnya sudah melakukan hal tersebut.
Nah, kurang cepatnya respon dari pihak Nissan untuk memperbaharui produk mereka membuat para rival bisa melenggang dengan nyaman, dan efeknya? Jelas pada penjualan merk asal Jepang ini. Wholesales dari Nissan Motor Indonesia di bulan April 2018 kemarin merosot tajam dari bulan sebelumnya, yaitu hanya 496 unit dari bulan Maret 2018 yang masih ada di angka 1.516 unit. Bahkan jika ditotal, wholesales dari Nissan hanya ada di angka 4.365 unit sejak bulan Januari hingga April 2018 ini. Apakah Angka tersebut buruk? Untuk merk sekaliber Nissan, sayangnya iya. Capaian Nissan bahkan kalah dengan Wuling yang usianya masih sangat muda dan hanya mengandalkan dua model MPV. Wuling sendiri berhasil mencatatkan wholesales mencapai 5.216 unit di periode yang sama.
Beberapa waktu terakhir ini, muncul sebuah kabar bahwa Nissan Motor Indonesia akan mengkoreksi strategi dan pola bisnisnya, dari statusnya yang sebagai Agen Pemegang Merk (APM) menjadi Importir Otomotif. Kabar ini seolah menjadi solusi yang paling masuk akal, seperti hal-nya Chevrolet saat mereka menutup pabrik perakitan mereka di Indonesia. Namun, apakah solusi ini benar – benar menjadi solusi terbaik? Menurut kami sih tidak. Seperti yang sudah kami singgung sebelumnya, masalah pelik dari Nissan yang berujung pada menurunnya Penjualan terjadi karena konsumen di Indonesia sudah bosan dengan model yang dijual oleh pihak Nissan. Padahal, di Luar Negeri sana sudah ada cukup banyak model Nissan yang menarik dan layak untuk dibawa masuk ke Indonesia.
Paling gampang adalah Nissan March yang model terbarunya sudah muncul di luar negeri. Nissan Grand Livina juga sejatinya adalah volume maker yang bisa diandalkan oleh pihak Nissan, namun melihat usianya yang sudah tak lagi muda, dan para pesingnya yang sudah berevolusi? Jelas model ini perlu diganti. Nissan sendiri punya kans besar untuk membangun Nissan Grand Livina baru bersama dengan Mitsubishi bermodalkan basis dari Mitsubishi Xpander. Dan untuk Nissan Juke, memang generasi terbaru mobil ini masih belum jelas, namun Nissan punya Nissan Kicks yang juga punya potensi jika menggantikan peran dari Nissan Juke, apalagi Nissan Kicks punya desain yang lebih kalem.
Nah, jadi, menurut kami, Nissan Motor Indonesia (NMI) punya kans besar, dan juga potensi untuk bangkit dari keterpurukan mereka, asalkan model – model mobil mereka direvisi ulang dan mencoba menyesuaikan dengan pasar jaman now. Hal serupa juga pernah terjadi pada Suzuki Indomobil Sales (SIS) 2W yang sempat terpuruk, namun bangkit kembali dengan menghadirkan Suzuki GSX-15 Series. Jadi, kita tunggu saja seperti apa langkah dari NMI, apakah akan memanfaatkan kans dan potensi mereka untuk bangkit kembali, atau memang akan berubah menjadi Importir Otomotif. Kalau menurut kalian bagaimana?
Read Next: Bosch Kembangkan Collision & Blind Spot Warning Untuk Motor