AutonetMagz.com – Hingga saat ini electric vehicle (EV) terus mengalami peningkatan dalam hal populasi untuk skala global. Namun soal harga, EV masih belum bisa dianggap bersaing dengan mobil internal combustion engine (ICE) dengan model serta pilihannya yang lebih bervariasi. Di Indonesia sendiri, varian EV masih lebih mahal dibandingkan dengan mobil ICE karena faktor teknologi hingga pembangunan infrastrukturnya.
Banyak yang mempertanyakan, apakah fenomena EV lebih mahal dibanding ICE akan terus terjadi? Studi terbaru dari BloombergNEF, menyatakan bahwa hal tersebut bisa saja berubah mulai 2027 mendatang.
Investasi Produksi EV Jadi Penentu
BloombergNEF memperkirakan bahwa mulai 2026 nanti, harga rata-rata kendaraan segmen menengah akan menjadi $ 23.090 USD (Rp 330 juta), baik ICE maupun EV. Harga yang mulai merata tersebut, bisa saja disebabkan oleh pergerakan investasi dari pelaku industri otomotif ke arah produksi EV. Karena semakin banyak jalur perakitan yang didedikasikan untuk EV, skala ekonomi akan menurunkan harganya.
Hal ini juga didukung studi dari Transport & Environment, yang memperkirakan harga baterai akan turun hingga 58% dalam satu dekade mendatang karena inovasi produksi baterai yang semakin membaik. Hingga akhirnya pada 2030, harga rata-rata EV diperkirakan menjadi $ 19.809 USD (Rp 283 juta), sedangkan ICE meningkat jadi $ 24.184 USD (Rp 345 juta).
Jarak Harga Yang Menyempit
Sebagai perbandingan, harga rata-rata EV saat ini mencapai $ 40.469 USD (Rp 578 juta), dan $ 22.604 USD (Rp 323 juta) untuk ICE. Artinya dalam satu dekade mendatang, harga EV secara global akan mengalami penurunan hingga Rp 295 juta sementara ICE malah naik sebesar Rp 22 juta. Harga rata-rata global tersebut bahkan belum terpotong insentif pajak dari tiap negara tempat EV bernaung.
Ini merupakan perubahan siginifikan yang dapat mempengaruhi faktor produksi, penjualan, hingga menggerakkan minat masyarakat untuk beralih ke EV. Melihat jarak harga rata-rata EV dan ICE saat ini untuk masa yang akan datang, bukan tidak mungkin populasi EV lebih banyak dibanding ICE akan lebih cepat terjadi tanpa kita sadari. Tentunya hal ini juga harus didukung oleh para pelaku industri otomotif dan juga pembuat kebijakan EV di tiap negara.
Melihat data yang telah diperkirakan, apakah ini menjadi dekade terakhir bagi manufaktur dalam memproduksi ICE yang spektakuler? Pergerakan sejarah dunia otomotif skala besar sedang berlangsung, dan kita sedang menyaksikannya. Berikan komentarmu mengenai hal tersebut pada kolom komentar di bawah.
Read Next: Kehabisan Stok Chip, Toyota Stop Produksi Sementara