BMW Private Driving Experience : Kala 320i Bertemu DJI

by  in  Berita & BMW & Event
BMW Private Driving Experience : Kala 320i Bertemu DJI
0  komentar

AutonetMagz.com – BMW Indonesia mengundang kami untuk sebuah sesi ekslusif mengendarai BMW 3-Series dalam jarak yang cukup jauh. Mengandalkan 3 unit BMW 320i, kami bersama 3 media lain (CVT, Kendara dan LugNutz) akan menempuh rute dari Jakarta-Karawang lalu ke Bogor. Mulai berjalan dari daerah Menteng, kami pertama-tama duduk dulu jadi penumpang dalam perjalanan ke arah Karawang, baru selanjutnya kami menyetir ke Bogor.

Sepanjang perjalanan ke Karawang, kami melalui jalan tol layang Japek. Tol layang Japek dikenal sebagai jalanan yang bergelombang dan bakal terasa memabukkan, namun hal itu tidak berlaku saat mengendarai BMW 320i. Memang belum pakai suspensi adaptif yang bisa diubah-ubah setelannya, tapi bantingan mobil ini sanggup membuat perjalanan di tol Japek terasa enak. Sedikit kaku, tidak empuk-empuk amat, tapi kenyamanannya masih dapat.

Sesampainya di Karawang, kami langsung mengarah ke fasilitas pengujian ban milik Bridgestone, lebih tepatnya ke sirkuitnya. Sembari pihak BMW mempersiapkan traffic cone sebagai petunjuk tata letak trek yang akan dipakai, semua peserta diajak ke ruang atas untuk diberikan panduan keselamatan selama di trek. Nah, di kesempatan ini ada tamu spesial, yakni bapak Benedictus Wijiadi dari DJI untuk memperkenalkan camera drone DJI Mavic Mini 2.

DJI Mavic Mini 2 memang berukuran mini, sesuai dengan namanya. Meski berukuran mini, ia sangat ramah terhadap pengguna baru yang bahkan belum pernah menerbangkan camera drone sebelumnya. Bobotnya di bawah 250 gram, sehingga penerbangnya tidak perlu memiliki lisensi menerbangkan drone. Ia juga bisa mengambil foto dan video secara panorama, mengorbit memutari objek dan terbang jauh lalu kembali yang DJI sebut sebagai “Boomerang”.

Kejutan lain, ternyata setelah selesai presentasi dari pihak Bridgestone dan DJI, di bawah sudah menunggu 2 buah BMW kencang dari divisi BMW M, mereka berdua adalah BMW X3 M dan BMW X4 M. Keduanya pakai mesin 3.000 cc 6 silinder segaris yang diperkuat oleh 2 buah turbo sehingga menghasilkan tenaga 510 hp dan torsi 600 Nm di varian Competition ini. Mesin ini nantinya juga akan hadir di BMW M3 dan M4 baru.

Alhasil, yang akan turun ke sirkuit Bridgstone adalah BMW 320i dan BMW X4 M untuk dicoba oleh peserta acara ini, sementara X3 M bertugas sebagai lead car. Untuk pemanasan, kita geber BMW 320i dulu. Mesin 2.000 cc turbo bertenaga 184 hp dan torsi 300 Nm jelas mudah membuat sedan BMW ini melintasi sirkuit. Tenaga sebenarnya tidak spektakuler, namun torsi dan handling BMW 320i ini seolah sudah akrab dengan sirkuit, sangat nurut kala diajak berbelok.

Selanjutnya, giliran mencoba BMW X4 M. Karena tanggung kalau pakai transmisi otomatis, kami mau pindah gigi pakai paddle shift karena sensasi itu lebih enak kalau menyetir mobil kencang seperti BMW M. Ada 3 tingkat perpindahan gigi di mode manual yang bisa dipilih mulai dari normal, medium atau cepat. Kami pilih mode normal, dan ternyata perpindahan gigi transmisi kopling ganda M DCT-nya memang jadi agak ditahan. Lebih baik langsung ke mode cepat saja jika mau ugal-ugalan.

Ubah ke settingan cepat, pindah gigi manualnya jadi lebih sadis dan mantap, khususnya saat di trek lurus dan kita bisa mendengar suara “BRRT” dari setiap perpindahan gigi. Sayangnya, trek Bridgestone yang terlalu pendek menyebabkan BMW X4 M ini remnya sudah mulai harus diwaspadai setelah 9 putaran saja, sebab pedal remnya sudah mulai terasa spongy. Alhasil, beberapa putaran setelahnya kami harus mengerem lebih awal dan sangat menghormati 503 tenaga kuda dari mobil ini.

Setelah selesai bermain-main di sirkuit Bridgestone, kami langsung mengarah ke hotel Royal Tulip di Bogor. Perjalanan jauh dengan BMW 320i ini memberikan pengalaman yang nyaman. Suara dari luar kedap, sistem audionya jernih dan mobil ini halus di kecepatan 80-100 km/jam konstan dan RPM-nya pun rendah. Hadirnya Apple CarPlay juga jadi gimmick menarik untuk pengguna iPhone, tapi sayang BMW tidak punya Android Auto.

Hal lain yang sayang adalah tidak ada cruise control, padahal fitur itu bakal sangat enak dipakai di tol Japek. Adanya malah speed limiter yang kami yakin tak akan dipakai oleh siapa pun yang memiliki BMW 320i. Kami tiba di Bogor malam hari, dan di sinilah lampu laser BMW 320i jadi berguna karena ia sanggup menerangi jalan hidup kami sampai jauh dan membuat kami lebih bisa menilai kondisi sekitar kami meski pencahayaan sekitar minim.

Hari kedua, kami benar-benar fokus ke belajar menerbangkan DJI Mavic Mini 2. Kami tidak disarankan untuk masuk ke mode Sport di Mavic Mini ini karena semua kendali akan bergantung di tangan kami, dan kami tidak sering-sering amat menerbangkan drone. Sebelum menerbangkan, kita set dulu titik “Home” tempat di mana drone ini untuk pergi dan pulang. Setelah 10 satelit mengunci posisi “Home”, Mavic Mini 2 siap terbang.

Angin bertiup cukup kencang, namun DJI Mavic Mini 2 ini lumayan sanggup menahan terpaan angin dan menstabilkan posisinya. Berbagai kendali mulai dari naik, turun, maju, mundur, belok kiri atau kanan kami harus lakukan pelan-pelan karena baru belajar, tapi setelah sekian menit belajar akhirnya mulai terbiasa. Pihak DJI menuturkan, DJI Mavic Mini 2 ini memiliki baterai yang lebih tahan lama dan baling-baling yang lebih hening, di mana keduanya adalah benar adanya.

Selesai bermain drone, kami diajak untuk mengendarai kuda. Tadinya kami kira,”Ah, naik kuda asik nih, tinggal duduk sama mainin tali kekang doang kan?” Ternyata kami salah besar. Melihat instruktur naik kuda sih kelihatannya gampang, tapi karena itu mereka sudah pengalaman dan tahu cara mengendalikan kuda tanpa membuat si kuda risih. Naik ke kudanya saja sudah perjuangan, karena kami dapat kuda jantan yang besar, tingginya 2 meter. Duh…

Posisi duduk pun harus tegak supaya bisa nyaman dan enak mengendalikan kudanya, benar-benar bukan olahraga buat orang yang masuk dalam golongan kaum rebahan. Saat berjalan pun, kaki harus tetap menekuk dan kita harus menaik-turunkan paha dan pinggul supaya kita dan kudanya tidak risih saat berjalan. Selesai berkuda, sekitar pangkal paha saya rasanya pegal sekali. Nampaknya sampai rumah harus segera mulai berolahraga, ketahuan jarang bergerak.

Hari terakhir ditutup dengan makan siang di Vimala Hills sebelum kembali ke rumah masing-masing. Overall, perjalanan jauh dengan BMW 320i memang menyenangkan, tentu saja karena meski BMW 3-Series telah berubah mengikuti perkembangan jaman, cita rasa mengendarai BMW-nya tidak hilang begitu saja. Ia masih jadi yang paling menyenangkan dikendarai di kelasnya, baik itu saat santai atau saat ugal. Sampai jumpa di acara berikutnya!

Read Prev:
Read Next: