AutonetMagz.com – Tak terasa relaksasi PPnBM sudah berlaku hampir 1 bulan lamanya dalam beberapa hari ke depan. Dan dampaknya pun sudah cukup terasa. Dari beberapa kali press conference, sejumlah pabrikan otomotif yang produknya terdaftar dalam program relaksasi pun menyatakan bahwa mereka kewalahan menerima lonjakan SPK yang signifikan. Ini merupakan sebuah hasili yang positif, mengingat 1 tahun ke belakang industri otomotif cukup lesu sebagai efek pandemi. Nah, yang menarik, GAIKINDO masih belum merevisi target mereka di tahun 2021 ini. Namun, Pemerintah Indonesia berharap penjualan mobil di Indonesia kembali ke level yang sama di tahun 2019 silam.
Optimis Tembus 1 Juta Unit
Seperti yang kita ketahui bersama, penjualan mobil di tahun 2020 kemarin anjlok lebih dari 50% ke angka 532 ribuan unit. Padahal, beberapa tahun sebelum pandemi, penjualan mobil di Indonesia bisa stabil di atas 1 juta unit per tahunnya. Nah, tingginya minat publik dengan adanya relaksasi PPnBM ini pun diharapkan mampu mengembalikan level penjualan mobil di Indonesia ke level yang sama dengan tahun 2019. Hal ini disampaikan oleh Iskandar Simorangkir, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, kepada CNBC Indonesia. “GAIKINDO kan bilang 750 ribu, tapi perkiraan kami dengan perluasan (relaksasi PPnBM) kembali, harapannya (penjualan mobil) bisa mencapai 1 juta unit seperti tahun 2019″, ujar beliau. Beliau juga optimis angka 1 juta unit bisa tercapai melihat peningkatan signifikan di bulan Maret ini.
“Berdasarkan data 21 Maret itu ada 8.894 unit pembelian mobil, dan diperkirakan Maret sendiri ini saja akan meningkat menjadi 29.774 unit dibandingkan Februari yang hanya 12.365 unit”, tambahnya. Kemenperin memprediksi bahwa kenaikan di bulan Maret 2021 ini mencapai 140,8%. Apalagi kita tahu bahwa relaksasi PPnBM 0% untuk mobil di bawah 1.500cc masih akan berlangsung hingga bulan Mei, dan diikuti oleh relaksasi mobil di bawah 2.500cc mulai bulan depan. “Maka itu, kita perkirakan kalau ini berlanjut, tentunya akan baik untuk pemulihan ekonomi. Oleh karena itu, inilah yang melatar-belakangi pemerintah ingin memperluas cakupan pembebasan PPnBM”, tutupnya. Nah, sejumlah hasil yang dipaparkan di atas memang cukup menggembirakan, namun kami menyoroti beberapa hal yang bisa jadi halangan.
Tantangan Yang Muncul
Pertama, kita harus soroti urusan supply & demand untuk mobil yang terkena relaksasi. Peningkatan SPK yang signifikan jelas menjadi hal positif, namun pertanyaan pentingnya, bisakah APM memenuhi kebutuhamn tersebut? Bisakah APM menyediakan unit untuk permintaan yang naik signifikan? Tentunya ini menjadi sebuah pekerjaan rumah tersendiri. Kedua, tingginya euforia masyarakat terhadap pembelian mobil baru juga terpengaruh momen menjelang lebaran. Seperti yang kita ketahui bersama, biasanya konsumen akan membeli mobil baru menjelang lebaran untuk digunakan mudik. Dan kita ingat bahwa beberapa minggu lalu Pemerintah menyatakan tidak akan melarang mudik. Namun, kita juga tahu bahwa kini mudik menjadi hal yang haram dilaksanakan. Apakah konsumen masih mau membeli mobil? tentu kembali ke keputusan publik.
Jadi, bagaimana kalau menurut kalian, kawan?
Read Next: Xiaomi Incar Great Wall Motors Untuk Partner Produksi Mobil Listrik