AutonetMagz.com – Ducati adalah pabrikan yang cukup terkenal sebagai produsen sepeda motor dengan mesin yang terkenal ganas dan galak. Pembawaan motor ini memang tidak setenang Honda, bahkan Honda CBR1000RR Fireblade yang dianggap tergalak di line up honda pun jauh lebih easy to use dibanding Ducati 1199 Panigale. Racikan keganasannya itu ada pada komponen mesinnya yang mendekati ke spek sirkuit dan rancangan mesin L-Twin. Namun sepertinya tahun 2016 menjadi ujian berat bagi Ducati.
Dikutip dari Auto Evolution, beberapa pabrikan kini harus berjuang melewati regulasi Euro 4 pada 2016. Ini artinya mau tidak mau pabrikan harus membuat mesin dari nol demi lulus regulasi, tidak terkecuali mesin L-Twin Ducati. Bagaimanakah caranya melompati regulasi tersebut? ada 3 cara : memperbesar kapasitas mesin, memaksanya memakai knalpot super bantet nan mampet atau menggunakan forced induction alias supercharger atau turbo.
Cara pertama dan kedua sudah tercermin lewat Ducati lewat 959 Panigale, memperbesar kapasitas done… menggunakan knalpot super mampet done… dan hasilnya tentu saja minim pujian para biker. Knalpot Euro 4 berhasil sukses mengebiri tenaga mesin walau kubikasi mesin sudah membengkak. Cara satu-satunya yang paling ideal adalah forced induction alias supercharger / turbocharger.
Media Perancis Moto-Station cukup penasaran pada rumor ini dan mencoba menanyakannya kepada Stefano Strappazzon, Product Manager of Ducati. Strappazzon tidak memberikan jawaban perihal tersebut, namun ia menambahkan point bahwa industri roda 2 kini sedang mengalami problem teknologi, terlebih bila mengaplikasikan forced induction. Saat motor menggunakan supercharger / turbocharger maka hal yang harus dihadapi adalah masalah baru : berat motor, kompleksitasnya, biaya dan keterbatasan lahan produksi.
Sedangkan Stefano Tarabusi, project manager XDiavel memberikan pernyataan yang cukup mengejutkan, mesin Panigale sudah tidak bisa diperbesar kapasitasnya lagi. Namun Tarabusi memberikan sinyalemen bahwa mengganti model mesin bisa menjadi solusi seperti mekanisme V4 atau menggunakan forced induction.
Di kancah MotoGP, konstruksi V4 menuai hasil yang positif dan sebenarnya downgrade menjadi spek jalan raya justru lebih mudah dengan V4 dibandingkan forced induction. Tarabusi menambahkan Ducati punya full support dari Audi namun Ducati tidak pernah meminta bantuan teknologi kepada owner baru ini. Padahal soal inovasi di bidang teknologi tentu saja kita tak pernah meragukan kualitas Audi.
Pada kenyataannya, kawasaki dan suzuki sudah menerapkan proyek forced induction dan tentu saja akan menjadi kejutan bila anda pabrikan lain yang mengikuti langkah ini. Penerapan V4 sendiri bukanlah langkah yang buruk bagi Ducati. Namun menyampingkan hal tersebut setidaknya masih ada secercah harapan untuk meningkatkan kemampuan mesin MotoGP Ducati di tangan Gigi Dall’Igna, sang CEO Ducati Corse baru. Yah untuk Ducati, apapun pertimbangannya, jangan lupa kalau “Kami suka turbo, Hmm…”
Read Next: Toyota Fortuner 2016 Akan Dirakit Lokal di Karawang, Fortuner Generasi Sekarang Stop Produksi