Jakarta, AutonetMagz – Industri otomotif di tanah air bukanlah industri yang mudah, ini adalah indsutri yang sangat kompleks dan dibutuhkan proses panjang untuk mewujudkan produk mereka agar bisa diterima masyarakat. Meskipun penjualan mobil di Indonesia tergolong tinggi, namun ada produk-produk yang terbukti gagal di pasar jika dibandingkan dengan ekspektasi penjualan mobil tersebut di Indonesia, dari banyaknya model mobil yang ada di Indonesia, 7 mobil tersebut antara lain ialah;
1. Peugeot 107
Berapa penjulan Peugeot 107 sepanjang tahun 2014? 3 unit, itu adalah angka pahit yang harus diterima oleh Peugeot ketika mendengar jumlah penjualan 107 yang sangat buruk di tahun 2014. Memang line up Peugeot saat ini tidak menunjukan kegemilangan seperti era dimana 206 sukses di membuka pasar hatchback di Indonesia, namun ide untuk membawa 107 ke Indonesia dengan harga banderol 180 jutaan bukanlah ide yang bagus.
Pasalnya meskipun mobil tersebut adalah mobil impor, Peugeot 107 merupakan mobil ultra murah di Eropa yang memiliki platform sama dengan Toyota Aygo dan Citroen C1. Mobil ini memiliki dimensi yang kecil, fitur yang minim, mesin yang sama dengan Toyota Agya 3 silinder ditambah VVT-i dan tentu saja interior yang memiliki cost reduction di berbagai sektor, karena value for money yang tidak bagus, dengan mudah kami menempatkan Peugeot 107 di urutan pertama mobil gagal yang ada di Indonesia.
2. All Infiniti Cars
Jika anda melewati jalan TB Simatupang dari arah Pondok Indah, anda akan menemukan sebuah showroom megah nan mewah dengan logo Infiniti yang menjulang, meskipun parkiran mobil showroom tersebut ramai dan banyak mobil yang mondar-mandir mengunjungi showroom tersebut, sebenarnya mereka adalah konsumen asuransi yang ingin mengklaim asuransi mobil mereka jika mengalami kecelakaan, karena disitu ada kantor kantor Asuransi yang cukup ternama.
Jangan tanya soal penjualannya, total penjualan Infiniti di Indonesia sepanjang tahun 2014 hanya sebanyak hitungan jari saja (8 unit), sangat tertinggal dibanding saudara tuanya yang sama-sama merk premium dari Jepang, Lexus yang mampu menjual 627 unit pada tahun 2014.
3. Mazda VX-1
Kenapa Mazda harus me-rebadge Suzuki Ertiga menjadi Mazda VX-1? Mungkin mereka ingin mengetes pasar LMPV di Indonesia dengan brand Mazda untuk menjadi bahan pertimbangan ke depan jika Mazda akan menciptakan LMPV mereka yang sesungguhnya (mungkin loh ya).
Dengan penjualan tidak sampai 1.000 unit sepanjang tahun 2014, bisa dikatakan bahwa Mazda VX-1 adalah LMPV dengan penjualan paling sedikit di Indonesia, dan di IIMS 2014 kemarin, Mazda meluncurkan Mazda VX-1 automatic loh! tapi, who cares? Mazda harusnya fokus dengan Mazda2 SkyActiv dan CX-5 SkyActiv saja yang terbukti sangat bagus dari sisi produk, tidak perlu lah ikut-ikut rebadge LMPV merek sebelah!
4. Toyota Nav1
Toyota selalu menjadi raja dari setiap segmen otomotif di Indonesia pada umumnya, dimulai ekspektasi awal yang tinggi dengan target penjualan sebanyak 500 unit perbulan untuk Toyota Nav1 dan sambutan seperti munculnya kembali Ariel dalam band Noah, Toyota ternyata hanya mampu menjual Toyota Nav1 sebanyak 535 unit saja sepanjang tahun 2014, ya satu tahun, tidak sampai 10% dari target penjualan mereka pertahun, padahal diskon yang sudah diberikan Toyota terhadap mobil ini sudah sangat besar, bahkan di tahun 2013 silam, mobil ini mungkin pernah menjadi mobil Toyota dengan diskon terbesar sepanjang sejarah mereka, namun hal tersebut rupanya tidak menambah minat calon konsumen untuk memboyong Toyota Nav1 ke rumah mereka.
Bercita-cita menjadi raja di segmen MPV, justru membawanya ke posisi paling buncit karena berada dibawah Serena dan Biante yang berhasil tembus diatas 1.000 unit di tahun 2014 silam. Mobil ini hanya membuat malu nama besar Toyota karena untuk pertama kalinya Toyota bisa menjadi brand paling buncit di satu segmen yang sama-sama diisi oleh produk Jepang lainnya.
5. Nissan Murano
Hilangnya Toyota Harrier yang pernah fenomenal sebagai SUV perkotaan mewah sebenarnya adalah kesempatan bagi Nissan untuk menjual Nissan Murano mereka yang bentuknya cukup ganteng, namun karena strategi penjualannya yang tidak jelas dan minimnya promosi yang memasarkan Murano ke pasar potensialnya membuat Nissan sama sekali tidak dapat menjual satu unit Nissan Murano sepanjang 2014 (Murano diputuskan di discontinued), dan dimana pada tahun sebelumnya juga hanya terjual 4 unit saja, padahal apa yang ditawarkan mobil ini lebih dari ekspektasi anda.
6. Nissan Evalia
Nissan Evalia merupakan pelajaran bagi ATPM di Indonesia bahwa styling eksterior kadang merupakan faktor yang sangat penting bagi orang Indonesia dalam memilih mobil. Ketika pertama kali diluncurkan, Nissan memproyeksikan mobil ini bisa laku sebanyak 50.000 unit dalam satu tahun fiskal dan menjadi backbone dari penjualan Nissan di Indonesia menggantikan Nissan Grand Livina. Tapi nyatanya mobil yang diluar negeri tidak lebih dari sekedar mobil angkutan barang tersebut tidak ada kukunya sama sekali di Indonesia karena jelas tidak sesuai dengan selera pasar dan terlalu memaksakan.
Nissan Evalia merupakan mobil yang sangat bagus untuk sebuah mobil barang, namun tidak sebagai mobil penumpang, banyak bagian dari interior dan eksterior mobil ini yang membuat ilfil calon pembelinya sebagai mobil keluarga, mulai dari model belakangnya, posisi mengemudinya, performa mesin, kursi-kursinya, kaca samping model geser dan AC double blower belakang model samping dan lain-lain. Tapi buat anda yang ingin sebuah mobil barang, ini adalah mobil yang sangat baik. Dari target penjualan 50.000 unit per tahun fiskal, Nissan merevisi target penjualan mereka menjadi hanya 7.000 unit saja pertahun fiskal untuk varian facelift yang itu saja penjualannya masih terseok-seok meskipun targetnya sudah dikoreksi kurang 25% dari target awal. Padahal diskonnya gede loh :p
7. Chevrolet Spin
Chevrolet Spin sebenarnya bukan mobil gagal, tapi ini adalah mobil yang direncakan gagal dari awal karena kesalahan management yang menganggap remeh pasar otomotif Indonesia, arogansi manajemen asing yang buta terhadap selera market lokal dan kurang responsifnya layanan after sales service dari Chevrolet dalam menangani produk mereka membuat penjualan spin terus menurun tiap bulannya hingga akhirnya Chevrolet melakukan perombakan management di Indonesia dan seluruh Asia Tenggara dalam rangka penghematan, padahal management Indonesia sebelumnya telah mati-matian memberikan citra yang bagus terhadap Chevrolet di Indonesia sebelum diambil alih oleh manajemen asing.
Apalagi kalau kita melihat cara komunikasi dan marketing American style yang kehilangan American pride sehingga menjadi rasa lokal, menurut kami cara marketing Chevrolet seperti anggota DPRD yang menganggarkan UPS senilai Triliunan Rupiah yang sekedar buang-buang duit saja agar anggaran habis, duh, padahal produknya tidak jelek loh!
Read Next: Sambutlah Rolls-Royce Serenity Concept dengan Interior Berbahan Kain Sutra!