AutonetMagz.com – Jika melihat sedan macam BMW 7-Series, Audi A8 dan Mercedes Benz S-Class, mereka semua punya blind yang bisa menutup kaca belakangnya jika sang empunya butuh sedikit privasi atau keteduhan. Jika 3 mobil Jerman itu dirasa berlebihan, mau turun level pun kita akan tetap menemui mobil mahal yang menerapkan blind sebagai standar. Contohnya ada Toyota Alphard dan Honda Accord facelift.
Namun Honda memutuskan untuk sedikit bereksperimen dengan blind, atau lebih tepatnya untuk kacanya. Melalui pendaftaran hak paten, Honda mematenkan teknologi yang bisa membuat kaca menjadi bening atau gelap dengan bantuan arus listrik saja, tanpa blind konvensional. Teknologi baru kah? Tidak juga sih, di sebuah ajang kontes modifikasi di Indonesia, ada sebuah hatchback modif yang sudah mengadopsi teknologi ini, kaca yang bisa diatur gelap-terangnya via remote.
Lalu, apa bedanya sistem pengatur gelap-beningnya kaca dari Honda? Jika buatan aftermarket menggunakan remote, maka Honda mengandalkan sistem sentuh alias touch glass untuk melakukan perintah meredupkan atau mencerahkan. Bingung? Ambil smartphone-mu, dan coba atur brightness layarnya secara manual dengan menggeser slider brightnessnya ke arah terang atau redup. Nah, kira-kira begitu pemakaiannya.
Sama seperti contoh barusan, pilihan perintah kaca Honda ini bukan hanya “bening sekali” atau “redup sekali” saja, melainkan bisa diatur sesuai keperluan. Prinsipnya, elektron akan menjalar di elemen internal kaca untuk meredupkan atau mencerahkan kaca. Honda mengklaim, kaca pintar seperti ini bisa menyudahi pemakaian blind biasa, bahkan sun visor pun bisa dihilangkan jika kaca depan turut memakai kaca pintar ini.
Apa ini berarti kaca tersebut bakal jadi musuh para produsen kaca film? Entahlah, sebab Honda hanya bilang kaca pintar ini bisa meredup dan cerah, tidak bilang apa-apa soal mencegah sinar UV atau panas matahari lebih lanjut. Akan menjadi gimmick menarik memang, dan makin kelihatan kalau mobil baru nanti apa-apanya serba elektronik, minim mekanikal konvensional seperti dulu. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Editorial Notes: Comment Of The Week 1
