AutonetMagz.com – Dengan kemudahan penggunaan, bahkan anak kecil saja bisa menggunakannya (sangat tidak direkomendasikan yah), harga yang terjangkau, dan banyak pilihan model, skuter telah menjadi idola baru di pasar sepeda motor Indonesia saat ini.
Selain pasar skuter ‘normal’ tentu saja ada pasar skuter premium, di pasar skuter premium sendiri, ada aliran yang biasa kita sebut skuter retro atau klasik, dan di segmen inilah, PT Garansindo Inter Global dengan produk barunya, Peugeot Django, mencoba meramaikan pasar sepeda motor Indonesia.
Dari IIMS 2015, kami mendapat kesempatan untuk mengamati detail dan mencoba produk terbaru dari Peugeot motor ini, seperti apa impresi berkendaranya, mari kita simak artikel di bawah ini!
Eksterior
Dari segi desain, Peugeot Django dibuat dengan inspirasi dari salah satu Skuter buatan Peugeot, Peugeot S55, yang diluncurkan pada tahun 1953, dan ya, jika ada yang berpikir bahwa Peugeot sudah sebegitu lama memproduksi motor, itu adalah jawabannya, mengingat mereka sudah memproduksi sepeda motor dari tahun 1914.
Ok, kembali ke desain, tentu saja sebuah motor retro klasik tidak lengkap tanpa kontur membulat, detail krom, aksen two-tone, velg berdesain klasik dan jok dengan aksen jahitan yang kontras. Semua hal tersebut tertuang di desain Peugeot Django ini, menariknya, Peugeot juga menambahkan beberapa aksen modern di dalam aksen LED berbentuk ‘V’ di sekeliling logo Peugeot-nya.
Khusus untuk tipe Django Sport, warna yang dilaburkan hanya one-tone ditambah jok single seater dan tidak ada white-wall pada ban. Sebaliknya untuk tipe Allure dan Evasion nuansa retro klasik lebih kental terasa karena skuter dilabur warna two-tone yang kontras dan ditambah beberapa aksesori tambahan seperti flyscreen, rear box, dan Double Seat.
Ada satu kekurangan yang kami sorot dari Peugeot Django, meskipun hasil pengecatan benar-benar premium, dimana warna amat menonjol, dan detail juga baik, namun seluruh bagian panel motor terbuat dari plastik, ya plastik, tidak seperti saingannya dari Italia, Vespa atau Lambretta, yang menggunakan body monocoque dari metal dan plastik pada beberapa bagian lainnya.
Memang penggunaan plastik memiliki kelebihan seperti lebih mudah dirawat, dan diganti jika motor mengalami kecelakaan, namun, kami rasa dikarenakan Vespa (Lambretta juga menggunakan logam) sudah menset standart, bahwa untuk skuter retro klasik seperti ini, sebagian besar bagian body motor sebaiknya terbuat dari metal, sehingga kesan kokoh, hand-made (padahal sih buatan pabrik juga), dan vintage, tetap terjaga.
Penggunaan body plastik pada Django juga menimbulkan beberapa kekurangan, seperti kami menemukan beberapa finishing yang kurang rapih, dan sambungan yang terlihat menonjol dan tidak seragam, dikarenakan sifat plastik yang sangat fleksibel.
Sudahlah, kembali lagi ke desainnya, saya pribadi sangat menyukai desain dari Peugeot Django, karena terlihat memanjang seperti cerutu, dengan low-stance, kental dengan elemen klasik plus ban yang lebar. Peugeot Django sendiri menggunakan ban berukuran 12 inchi dengan ban 120/70, memang penggunaan ban berukuran lebar ini akan meningkatkan stabilitas dari skuter, namun juga sedikit mengurangi kelincahannya, ditambah sumbu dari skuter ini cukup panjang.
Pada sisi depan, kita akan menemukan logo singa khas Peugeot yang dibingkai oleh bingkai plastik yang akan berpendar ketika motor dinyalakan, benar-benar menonjolkan kesan retro dari skuter ini. Di samping kanan kiri logo ini, kita akan menemukan lampu sein dari Django yang menggunakan LED, dan aksen krom atau silver doff pada bagian bawahnya.
Pada lampu depan, mirip dengan Vespa Sprint terbaru, Django menambahkan lamp hood atau tudung lampu utama yang membuatnya terlihat lebih sporty.
Pada bagian samping, terlihat guratan-guratan intake untuk udara, beserta lis krom (Silver doff untuk tipe sport) yang memanjang sampai ke lampu sein belakang, benar-benar desain yang sangat simpel namun enak dilihat.
Pada bagian jok, khusus untuk tipe Sport, hanya dilengkapi oleh jok tunggal, dimana bagian belakang digantikan oleh semacam cover yang diberikan lapisan karet untuk menaruh barang, dan grab rail terbuat dari chrome, namun sayang, lagi-lagi kami menemukan beberapa detail yang mengecewakan pada tutup ujung grab rail chrome yang terbuat dari plastik yang mudah lepas seiring waktu (khusus untuk tipe Sport).
Sedangkan untuk tipe Allure dan Evasion, pemilik Django akan menemukan dua jok, dengan aksen jahitan yang kontras, dan grab rail terbuat dari metal casting dengan desain terpisah.
Di bawah body motor, kita dapat melihat knalpot memanjang dengan cover krom, velg yang dicat putih, roda dengan white wall (untuk versi Allure dan Evasion) dan hub cover dilabur krom dengan logo Singa Peugeot menonjolkan detail yang patut diacungi dua… eh, empat jempol.
Pada bagian belakang, lampu membulat dan lampu sein dengan LED menyempurnakan tampilan retronya, ditambah garnish di sekeliling lampu, dan tempat plat nomor yang mengotak plus mata kucing bulat di kedua sisi motor khas motor-motor di Eropa.
Fitur dan Fungsionalitas
Pada bagian depan roda, Peugeot Django dilengkapi dengan rem cakram dengan dua kaliper, yang lebih dari cukup untuk menghentikan laju skuter berbobot 135 kg ini. Cakram rem dengan diameter yang sama dengan di depan (200 mm) juga diaplikasikan pada roda belakang untuk memaksimalisasikan pengereman.
Sedangkan pada bagian panel instrumen, kita akan menemukan kombinasi digital dan analog yang membulat, untuk menampilkan kecepatan, status aki, trip meter, jam, dan indikator bahan bakar.
Pada sisi kanan dan kiri, standart seperti skuter-skuter modern, beberapa tombol untuk lampu sein, klakson, lampu utama (yang tidak bisa dimatikan), lampu jauh, starter mesin, dan yang unik hanya di skuter ini yaitu adanya tombol hazard, dan Pass Beam seperti di motor-motor sport.
Jika anda cukup jeli, maka akan melihat stiker bertuliskan SBC (Shyncro Braking Control) yang memadukan pengereman roda belakang dengan roda depan dalam satu tuas (mirip seperti konsep Combi-brake-nya Honda) dimana hanya dengan menarik salah satu tuas rem roda belakang akan ikut direm sebagian, untuk membantu pengereman dan memudahkan skuter dikendalikan. Selain itu, SBC diklaim juga dapat mengurangi efek motor merunduk ke depan (Diving) saat direm.
Berlanjut ke dek bagian bawah, terlihat bahwa Django menyediakan dek luas yang dilapis oleh karet memanjang supaya tidak terlalu licin, apakah cukup untuk membawa Aqua galon atau tabung Elpiji? Sepertinya sih cukup, namun sayang gak sih, motor bagus buat ngangkut elpiji.
Menyorot bagian samping, terlihat ada injakan untuk penumpang yang dapat disembunyikan jika tidak digunakan yang terbuat dari logam dilapisi karet supaya tidak licin ketika diinjak.
Untuk penyimpanan sendiri, lagi-lagi Peugeot Django amatlah unik, karena jika anda memasukan kunci skuter ke lubang yang terletak di bagian bawah dari gantungan belanjaan, dan memutarnya ke kiri atau ke kanan, maka tiap putaran dapat membukakan panel yang berbeda, jadi misal ingin membuka panel penyimpanan di sebelah kanan dan akses ke soket 12V, cukup putar kunci ke kanan, atau putar kunci ke kiri untuk membuka panel sebelah kiri yang juga berfungsi sebagai penutup lubang tangki bensin.
Untuk membuka jok, dapat dilakukan dengan cara memutar kunci kontak ke sebelah kiri, dimana anda akan menemukan ruang penyimpanan yang cukup untuk mengakomodasi seorang bayi… Eh, sebuah helm half face beserta perlengkapan lainnya (lap, sarung tangan, dompet, dll).
Sampai titik ini pasti ada pertanyaan timbul, jadi apa beda antara tipe Sport, Evasion, dan Allure? simpel kok jawabannya, untuk tipe Sport, warna hanya single tone lalu single seat, garnish di sekeliling motor berwarna silver doff, ban tanpa white wall, Velg tidak dicat putih, dan rail grab terbuat dari pipa krom.
Untuk tipe Evasion, dilengkapi dengan double seat bertingkat, garnish krom di sekujur badan motor, rail grab terbuat dari logam casting, two tone color, ban dengan white wall, velg yang dicat putih dan tambahan fly screen.
Sedangkan untuk tipe Allure, semua kelengkapan di tipe Evasion menjadi standard, ditambah spion dengan lampu sein seperti mobil-mobil kekinian, dan rice cooker box, eh box penyimpanan di bagian belakang.
Mesin
Untuk mesin, seluruh tiga tipe Pegueot Django dilengkapi oleh mesin 150.6 cc yang menghasilkan tenaga sebesar 10.7 hp dan dipadukan dengan transmisi…..ya sudah pasti CVT lah, namanya juga skuter matic. Berharap pakai dual clutch apa? memangnya NM4 Vultus.
Impresi Berkendara
Kami sempat mencoba skuter ini di area yang disediakan oleh Panitia IIMS, namun berhubung area lumayan sempit, jadi kami tidak bisa menggali lebih jauh mengenai impresi berkendaranya.
Namun yang pasti dengan tinggi AutonetMagz di 174 cm, kaki merasa nyaman di dek yang luas, memang tidak sampai membuat kaki bisa selonjor seperti di PCX atau N-Max, namun dikarenakan posisi bangku yang rendah, duduk di skuter ini tidak terasa tinggi, berbeda dengan posisi duduk Vespa yang cenderung tinggi menjulang.
Sekarang nyalakan mesin, dan brrmm, getaran sewaktu idle lmayan keras untuk ukuran sebuah skuter, kami merasa Vespa Sprint (yang kebetulan kami langsung coba setelah mencoba motor ini) terasa lebih baik untuk getaran idle-nya. Namun begitu throttle dibuka, getaran tersebut berkurang jauh. Untuk akselerasi, jujur kami rasa keluarga Primavera dan Sprint sedikit lebih responsif, namun untuk kestabilan motor ini kami acungi jempol, karena kombinasi sumbu yang panjang, bobot berat (1350 mm, 129 kg) dan roda yang lebar plus suspensi yang khas motor Eropa (pas kekerasannya, dan tidak mengayun), membuat Peugeot Django sangat nikmat untuk dibawa jalan jauh ataupun touring.
Hanya saja, kami merasakan motor agak malas/telat merespon input untuk berslalom, yang kami rasa akan sedikit merepotkan jika digunakan di tengah kemacetan Jakarta yang najubilah parahnya. Untuk braking sendiri, seperti yang AutonetMagz rasakan ketika mencoba skuter-skuter Eropa lainnya, gejala diving amat minim ketika melakukan pengereman mendadak, bagian depan motor cenderung bergerak halus dan tidak menyentak, kembali lagi mungkin ini berkat bantuan rem SCB dan tapak plus profil ban yang lebar dan dapat menyerap pergerakan motor ketika mengerem.
Secara keseluruhan, impresi berkendara Peugeot Django cukup baik, motor ini terasa nyaman untuk digunakan, dan cukup ergonomis untuk perjalanan jauh, hanya saja masalah kelincahan untuk digunakan sehari-hari, dan sedikit vibrasi berlebih di saat idle agak mengurangi impresi keseluruhannya.
Kesimpulan
Menurut kami Garansindo cukup cerdas dalam memilih produk yang akan dijualnya, dan untuk Peugeot Django ini, kami rasa cukup mewakili aura premium yang ingin dibawa oleh PT Garansindo terhadap seluruh produk-produknya, dikarenakan Skuter ini memiliki desain retro yang menarik, detail desain yang bagus, dan kualitas berkendara yang termasuk baik juga, namun disayangkan, penggunaan material plastik di seluruh motor plus beberapa finishing yang kurang baik agak mengecewakan kami yang berharap skuter berdesain seperti ini harusnya terbuat dari body monocoque metal, apalagi harga yang ditawarkan sendiri termasuk dalam ranah premium, namun lagi-lagi mungkin Peugeot punya pertimbangan sendiri dalam mendesainnya.
Untuk harga sendiri, Peugeot Django Sport dibanderol seharga 34.9 juta rupiah, sedangkan tipe Evasion dihargai sekitar 35.9 juta rupiah, lalu untuk versi flagshipnya, Django Allure dibanderol 37.9 juta rupiah dimana semua harga tersebut adalah Off The Road alias belum ada surat-surat. Kami sendiri merasa tipe Evasion adalah tipe yang paling value for money dibanding tipe lainnya, dimana tipe sport kurang mendapat fitur, dan dengan perbedaan harga 1 juta rupiah sudah mendapatkan fitur-fitur tambahan diatas. Sedangkan untuk tipe Allure sendiri, kami rasa hanya para hobbyist yang akan membelinya, dikarenakan tidak semua orang suka dengan rice cooker box, eh top storage box di belakang motor seperti itu.
Lalu bagaimana dengan servis dan spare part untuk Peugeot Django? kami sempat berbicara dengan beberapa kontak person di Garansindo, dan mereka mengatakan bahwa untuk sementara pemilik motor Peugeot dapat menservis motornya di jaringan Zero motorcycle yang juga dipunyai oleh Garansindo, juga di kantor pusat Garansindo di daerah Ragunan, sedangkan untuk spare part, mereka akan menyiapkannya untuk menunjang populasi skuter retro ini. Plus ketika kami gali lebih lanjut, ternyata Peugeot Django ini diproduksi di China, atas supervisi Peugeot France, di fasilitas manufakturing milik Peugeot, dimana mereka juga menggunakan basis desain dari SYM untuk beberapa part motornya (SYM juga turut membantu Piaggio dalam mendesain Liberty), jadi kenapa harus takut, siapa tahu saja ada beberapa part SYM yang sama dan dapat diaplikasikan untuk Peugeot Django ini!
Jadi apa pendapatmu mengenai Peugeot Django terbaru ini? sampaikan pendapatmu di komentar di bawah ini dan simak juga videonya, langsung dari IIMS 2015!
Read Next: Gawat, Kabut Asap Dari Indonesia Berpotensi Membatalkan F1 GP Singapore!