China Mulai Lepas Aturan Kolaborasi Mobil

by  in  Berita & International
China Mulai Lepas Aturan Kolaborasi Mobil
0  komentar

AutonetMagz.com – Lain ladang, lain belalang, lain lubuk, lain pula ikannya. Setiap negara punya cara-cara yang unik dan berbeda satu sama lain dalam segala hal, baik itu soal berkomunikasi, tatakrama dan aturan tak tertulis. Misalnya, orang yang menyeruput mie hangat sambil menimbulkan suara berisik akan dianggap kurang sopan, tapi kalau di Jepang, kebiasaan tersebut menandakan sebuah apresiasi dan menganggap mie itu sangat enak.

Tata cara berbisnis di dunia otomotif pun juga punya aturan sendiri di tiap-tiap negara. Kalau ada sebuah merek mobil yang ingin jualan di China, biasanya pemerintah China mewajibkan merek tersebut untuk membentuk kolaborasi dengan perusahaan lokal. Ini adalah kebiasaan yang sudah berlangsung sangat lama, dan alasannya agar perusahaan lokal China juga bisa menikmati keuntungan dan alih teknologi secara domestik dan meningkatkan pendapatan lokal.

Besok, Merek Asing Tidak Perlu Bermitra dengan Merek Lokal

Mulai tanggal 1 Januari 2022, China akan melepas aturan yang sudah disebutkan tadi. Merek asing luar China yang ingin berjualan di China nantinya tidak perlu menggandeng mitra lokal, jadi mereka bisa mengatur bisnisnya secara penuh. Langkah itu diumumkan dalam sebuah dokumen yang dirilis oleh Kementerian Perdagangan China dan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional. Aturan ini sebenarnya sudah pernah dilonggarkan sedikit pada tahun 2018, tapi kali ini benar-benar lebih lepas.

Berita ini muncul tak lama setelah Daimler dan BYD, mitra lokal Daimler di China menandatangani perjanjian transfer ekuitas pada DENZA, badan hasil kolaborasi keduanya. Perjanjian tersebut membuat Daimler mengurangi kepemilikannya di DENZA menjadi 10 persen sementara BYD akan memiliki 90 persen sisanya. Sebagai informasi, beberapa pabrikan besar China seperti SAIC, FAW, Dongfeng, BAIC dan Changan adalah pabrikan berstatus BUMN China.

Permudah Merek Mobil Startup Berbisnis di China

Menurut Forbes, kebijakan baru yang efektif berlaku tahun depan tersebut membuka kesempatan bagi merek-merek mobil veteran seperti VW, Audi, BMW, Mercedes-Benz dan lain-lain bisa memiliki kontrol penuh terhadap bisnis mereka di China. Selain itu, BMW sendiri sudah mengambil langkah dengan membeli sebagian besar saham Brilliance, partner lokal mereka di China. Tesla pun sudah menjalankan kepemilikan penuh atas pabriknya di China.

Selain menguntungkan merek-merek veteran, merek-merek startup yang berusia muda seperti Rivian dan Lucid jadi lebih mudah untuk memperkenalkan mobil-mobil mereka di China. Wajar sih, mengingat beberapa merek veteran sudah merakit model globalnya di China. Polestar 2 dan BMW iX3 adalah contoh mobil global yang dirakit di China, padahal biasanya pabrik China lebih mengutamakan kebutuhan pasar domestik. Apa opinimu? Sampaikan di kolom komentar!

Read Prev:
Read Next:

Hillarius Satrio Seorang pehobi otomotif yang masih mengunyah bangku kuliah. Sangat menyukai mobil yang bisa lari kencang, khususnya mobil sport Jepang. Sekarang juga sedang menggeluti dunia desain mobil, diawali dengan dunia modifikasi digital atau bisa disebut "Digimods" dan berlanjut ke membuat mobil di aplikasi 3 Dimensi. | twitter: @hillsatrio