AutonetMagz.com – Apa yang terbesit di benak kalian kalau mendengar kata ‘mobil listrik yang mungil dan terjangkau?’ Sebagian besar dari kalian pasti akan menjawab Wuling Air EV, padahal selain itu ada Seres E1 Lho! Kali ini, tim Autonetmagz kembali diberi kesempatan untuk menjajal Seres E1. Hanya saja, kali ini mengambil kota Bandung sebagai latarnya. Sebenarnya, mobil ini sudah pernah kami ulas secara lengkap baik itu first impression sampai tes jalan.
First Impression
Walaupun soal desain itu perkara selera, namun kami mengakui bahwa Seres E1 memiliki desain yang lebih atraktif ketimbang ‘si udara’. Dari sisi eksterior, ia dilengkapi pelek alloy 13 inci dan lampu depan dengan projector dan angle eyes . Sementara untuk tipe L ditambah dengan roof rail yang sayangnya tidak bisa ‘dibebani.’ Hal-hal yang disebutkan tadi belum tentu ada di semua varian dari kompetitor senegaranya itu.
Perjalanan dimulai dari dealer DFSK yang berlokasi di Jl. Jendral Sudirman No. 633, Wr. Muncang, Bandung Kulon. Setelah itu, mobil kami arahkan ke 90 Gourmet di Jl. R.E Martadinata untuk santap siang. Masuk ke dalam mobil, dashboard-nya terhitung rendah membuat visibilitas lebih luas. Sayangnya, setir tidak bisa diatur posisinya (tidak ada tilt & telescopic) dan posisinya terlalu miring. Pernah nyetir Nissan Evalia? nah kurang lebih seperti itu posisi setirnya. Untungnya, kompartemen penyimpanannya cukup melimpah.
Begitu mau mengakses seatbelt, letaknya terlalu jauh dari kursi depan. Tentunya hal ini menyulitkan untuk pengemudi dengan tinggi dibawah 170 cm. Walaupun joknya menggunakan Headrest model fix, namun masih cukup ergonomis berkat desainnya yang tinggi. Controler AC menggunakan model touch yang sayangnya kurang intuitif, sementara informasi mengenai AC tertera di speedometer. Sayangnya lagi, informasi yang tertera di speedometer terlalu kecil font-nya.
Driving Impression
Saat berjalan, kekedapan kabinnya tidak terlalu istimewa dengan suara kolong cukup mendominasi. Bantingannya juga so-so, bukan yang empuk namun tidak terlalu keras juga. Berhubung mobil ini kotak, tinggi dan menggunakan roda kecil, maka gejala limbung dan body roll pun terasa. Respon motor listrik mobil ini di posisi D terbilang halus dan mudah untuk beradaptasi. Tidak seperti mobil listrik lain yang biasanya menawarkan torsi instan disaat gas diinjak. Namun ketika beranjak dari posisi diam (seperti saat lampu merah atau macet), terasa seperti ada jeda yang membuatnya menjadi kurang lincah.
Dari R.E Martadinata menuju Dago, kami mengambil rute yang sedikit menanjak dengan jalan yang agak sempit. Berkat dimensinya yang kompak, kami bahkan tidak perlu berhenti bila berpapasan dengan mobil lain dari arah berlawanan. Melewati tanjakan, kami iseng memindahkan transmisi ke posisi S agar respon motor listriknya lebih galak, walaupun menurut kami masih ada di taraf yang halus. Karena saat itu hujan, lagi-lagi peredaman atapnya juga tidak terlalu istimewa dengan suara rintik hujan yang masih masuk.
Kesimpulan
Sesampainya di Dago, tibalah kami pada penghujung acara. Kesimpulannya, menurut kami Seres E1 bisa menjadi alternatif yang menarik untuk segmen micro car. Dibandingkan dengan ‘si udara’, ia memiliki beberapa kelebihan seperti cruise control, port charger type 2, velg alloy sebagai standar, lampu projector di semua tipe, dan harga yang lebih terjangkau. Meskipun ada beberapa catatan seperti port type 2 yang hanya support pengisian daya AC atau non fast charging.
Andai saja DFSK bisa lebih menggencarkan promosi dari mobil ini, mungkin ia akan lebih sering terlihat di jalan. Bagaimana menurut kalian? sampaikan di kolom komentar!
Read Next: Perkuat Jaringan, Isuzu Buka Outlet Baru di Purwakarta