Apakah Mobil LCGC Diisi Premium Akan Rusak?

by  in  Nasional & Toyota
Apakah Mobil LCGC Diisi Premium Akan Rusak?
0  komentar
Bolehkah Toyota Agya LCGC diisi premium??Jakarta, AutonetMagz – Mobil LCGC (Low Cost Green Car) memang boleh dibilang murah dari segi harga jual, namun bila harus mengisi bahan bakar non-subsidi tentunya akan jadi sangat mahal jika dihitung secara ekonomis jangka panjang untuk berkendara sehari-hari. Dilema bukan? Memang salah satu syarat untuk mobil LCGC adalah tidak boleh mengisi bahan bakar premium atau BBM bersubsidi, sehingga jangan kaget kalau membeli mobil LCGC kita akan ditolak untuk mengisi premium karena tidak diberikan ring RFID (Radio-frequency Identification). Tetapi “Apakah benar jika mobil LCGC diisi Premium akan rusak?”, tentunya ini menjadi pertanyaan besar untuk kita semua bukan? Padahal mobil yang dibanderol untuk masyarakat golongan menengah ini sangat berharap memperoleh bahan bakar yang murah juga bukan? Mobil LCGC di desain untuk menenggak bahan bakar diatas RON 92 atau sekelas Pertamax, Shell Super atau Petronas Prima. Dari spesifikasi yang kami dapatkan, tercatat semua mobil LCGC memiliki nilai kompresi diatas 1:10, sehingga sangat disarankan untuk mengisi bahan bakar minimal RON 92. Jika tidak diisi dengan bahan bakar yang tidak sesuai standar, tentunya akan terjadi knocking, atau secara teknis pembakaran terjadi lebih awal dari timing yang seharusnya, disebut knocking karena pembakaran memiliki arah berlawanan  dengan pemuaian ruang bakar (memukul balik) sehingga berpotensi menggesek ruang silinder dan menekan crankshaft. Akibatnya cukup fatal untuk jangka panjang, seperti silinder, piston, katup dan crankshaft yang akan cepat rusak.Jika sudah terjadi hal seperti itu, tentunya akan memakan biaya yang sangat mahal karena perbaikan beberapa part tersebut harus mewajibkan mobil turun mesin.Namun kenyataan di lapangan berkata lain, sejauh ini belum kami temukan mobil-mobil yang rusak akibat knocking karena mengisi premium. Namun bukan masalah knocking yang menjadi masalah utama, tapi kualitas kebersihan bahan bakar premium yang seringkali menyebabkan mobil dengan kompresi tinggi akan rusak jika diisi premium.Bensin premium boleh dibilang memiliki standar yang sangat buruk dari segi kemurniannya (tapi masih jauh lebih jelek Solar). Masih ingat kan dengan tragedi rusaknya fuel pump beberapa taksi dan mobil yang sering dipakai pergi jauh seperti travel, rental dan lain-lain. Itu mungkin bisa menjadi salah satu bukti betapa jeleknya kualitas BBM premium.Umumnya mobil yang menggunakan bahan bakar subsidi meninggalkan residu kotor di dalam tangki bahan bakar (makanya jangan isi bensin mepet-mepet agar kotoran tidak naik). Kotoran yang mengendap di tangki bahan bakar tersebut akan tersedot sedikt demi sedikit ke ruang pembakaran.

Akibat dari bensin yang kotor akan menyebabkan sisa pembakaran yang tidak sempurna bahkan lebih dari itu, sebut saja fuel pump macet, saringan bensin kotor/mampet, nozzle injeksi mampet, timbulnya kerak di klep dan ruang bakar. Akhirnya ya harus turun mesin juga sih. Tetapi untuk yang satu ini tidak bisa diprediksi, karena kualitas bensin premium itu umumnya bagus, tetapi kalau lagi jelek, ya jelek banget!

Jeroan mesin Daihatsu AylaKonstruksi mesin Daihatsu Ayla

Serem kan? Memang sih, namanya juga berusaha untuk hemat kan. Tetapi berdasarkan pengalaman dari perusahaan-perusahaan transportasi yang bergantung pada BBM subsidi yang memiliki armada dengan jarak tempuh ratusan kilometer umumnya untuk mobil dengan merk-merk terpercaya masih dapat beroperasi dengan baik tanpa maintenance yang cukup berarti. Memang kebanyakan mobil, baik mobil murah hingga mewah sudah dipersiapkan untuk tahan terhadap bahan bakar bersubsidi, bahkan mobil-mobil mewah yang dijual lewat importir umum yang sudah ratusan ribu kilometer berjalan masih awet-awet saja tuh digunakan oleh armada rental mobil meskipun menggunakan bensin premium.

Sebenarnya untuk menentukan sebuah mobil tahan ketika diisi premium tidak hanya dinilai dari rasio kompresi saja, memang rasio kompresi sangat berpengaruh, tapi masih banyak faktor lain yang ikut berperan. Nah, kalau menurut hemat saya untuk kasus LCGC kurang lebih seperti ini; Percayalah bahwa mobil LCGC tahan diisi premium. Mengapa? Karena pasti mesin mobil tersebut sudah di set untuk dapat mengisi bahan bakar premium meskipun memiliki kompresi tinggi. Itu karena alasan citra jangka panjang dari merk kendaraan yang bersangkutan. Bayangin saja jika sebuah merk mobil di cap gampang rusak oleh masyarakat? Pasti produsen akan berfikir 1.000 kali untuk mengeluarkan mobil tersebut di Indonesia dan orang Indonesia akan berfikir 1.000 kali juga untuk membeli mobil merk tersebut ke depannya. Celaka kan?

Jadi meskipun begitu, kami tentunya sangat mendukung semua pemilik kendaraan baik pemilik mobil LCGC ataupun pemiliki kendaraan biasa untuk mengisi BBM non-subsidi. Karena subsidi merupakan beban bagi negara ketika kita mengisinya. Hmm… lagian pemilik LCGC tinggal menghitung hari juga sih kapan RFID dapat dipasang di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, pasalnya pemilik LCGC tidak diperbolehkan mengisi bensin bersubsidi karena tidak diberikan Ring RFID oleh PT Inti. Gimana? Kalau kita mau awet, mending mobilnya diisi BBM non-subsidi aja kali ya? 😀

Read Prev:
Read Next: