AutonetMagz.com – Masih ingatkah kalian dengan brand bernama ORA? Yap, ORA adalah brand mobil listrik yang berada di bawah payung dari Great Wall Motors. ORA sendiri sudah beberapa kali ditampilkan di Indonesia, walaupun belum dijual secara resmi. Dan kali ini, kami akan membahas sebuah fakta kurang menyenangkan dari brand ORA di pasar global. Dimana mereka mengakui bahwa penjualan sejumlah model mereka tidak mendatangkan keuntungan, malah rugi bandar. Yuk kita bahas.
ORA Rugi 21 Jutaan Per Unit, 436 Miliar Per Bulan
Mengutip dari Fast Technology, CEO ORA Dong Yudong mengakui bahwa ada alasan penting mengapa ORA menyuntik mati ORA Black Cat dan White Cat. Padahal, ORA Black Cat dan ORA White Cat masih terbilang produk yang baru dan usianya hanya 2 tahunan saja. Secara penjualan, sebenarnya kedua mobil ini masih terbilang lumayan dengan angka 20.000 unit per bulannya masing-masing. Hanya saja, Dong menjabarkan bahwa untuk setiap unit yang terjual, pihak ORA bukannya untung malah buntung. Ada kerugian sekitar 10 ribu Yuan atau setara 21 jutaan Rupiah setiap unit yang terjual.
Dan itu artinya ada kerugian 200 juta Yuan atau setara 436 Miliar Rupiah setiap bulannya. Tentunya, angka tersebut membuat brand menjadi tidak sehat. Lantas, bagaimana bisa sebuah produk tidak mendatangkan keuntungan, namun malah kerugian? Ada sejumlah faktor. Sebagai gambaran, biaya pembuatan sebuah mobil listrik memang didominasi oleh sistem kelistrikan yang terdiri dari baterai, motor listrik dan electric control unit. Nah, khusus untuk ORA Black Cat dan White Car, sistem kelistrikn menyumbang 90% dari total biaya produksi.
Persaingan Ketat + Subsidi Turun
Dimana baterai saja bisa menyumbangkan 40 hingga 60%. Sebenarnya, awalnya penjualan 2 model ini baik-baik saja dan tak ada masalah. Namun, sengitnya kompetisi dan turunnya angka subsidi mengubah kondisi. Dan untuk menjaga keutuhan dari perusahaan, keputusan untuk menyuntik mati ORA Black Cat dan ORA White Cat dinilai yang paling masuk akal. Dari cerita ini, kita bisa belajar bahwa ada dinamika baru dengan menjamurkan segmen BEV di China. Dan tidak menutup kemungkinan kondisi ini bisa berlaku juga di Indonesia, apalagi dengan sengitnya persaingan di segmen BEV akhir-akhir ini.
Jadi, bagaimana menurut kalian, kawan?
Read Next: NETA X Siap Mengabdi Selama Indonesia Sustainability Forum 2024